Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juni 2020

15 Cara menjadi guru yang baik dan disayang siswa.


Menjadi guru yang baik dan disayang siswa itu ternyata tidak sulit. Suatu saat saya pernah menyaksikan beberapa siswa sedang mengerumuni gurunya. Siswa-siswi itu tampak antusias sekali menanyakan beberapa tugas yang belum mendapat jalan keluarnya. Kemudian tanpa rasa sungkan mereka mengobrol santai bahkan ada beberapa yang curhat. Gurunya pun menanggapi dengan respon baik, seperti layaknya mengobrol dengan teman sebaya.
Sugguh pemandangan yang tidak saya alami ketika menjadi siswa dulu.  Sewaktu masih menjadi siswa, menghindari guru ketika bertemu di luar sekolah, itu pilihan saya. Alasannya tidak jelas. Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan.
Sebenarnya tidak semua guru, sih. Hanya sebagian besar.
Menjadi orangtua tidaklah mudah, apalagi  orangtua bagi anak-anak yang bukan darah daging kita. Menyelami berbagai karakter dari latar belakang keluarga yang beragam menjadi tantangan sendiri bagi Kita yang berprofesi sebagai guru.
15 Cara menjadi guru yang baik dan disayang siswa.
Pola pikir mengajar dengan cara lama yang otoriter. Mengandalkan guru hanya sebagai satu-satunya sumber ilmu. Berceramah terus-menerus tanpa memberikan kesempatan siswa aktif membuat penelitian dan menyimpulkan sendiri hasil penelitiannya. Hal-hal tersebut seharusnya sudah mengalami pergeseran menyesuaikan zamannya.
Menjadi sahabat dan teman berdiskusi lebih mendorong siswa untuk berkreasi dan mengembangkan bakat serta ilmu pengetahuannya. Mengingat tantangan kehidupan yang dihadapi siswa juga terus berkembang.
Kedekatan emosi dengan siswa harus Kita bangun apabila ingin ilmu yang kita sampaikan bisa “klik” diterima siswa.
Nah, beberapa tips guru hebat di bawah ini bisa bermanfaat bagi Kita yang menjalani profesi sebagai guru. Atau yang sedang menempuh pendidikan calon guru, simak, ya!
Cara menjadi guru yang baik dan disayang siswa:
  1. Menguasai materi pelajaran yang dipegang.
Bagaimana ilmu akan disampaikan kalau kita belum menguasai ilmu itu dahulu.
Memang benar kita bukanlah satu-satu sumber belajar siswa. Mereka bisa belajar dari  buku, internet, atau sumber lain yang relevan. Tapi setiap mereka bertanya kita harus bolak balik melihat buku? Rasanya harkat dan martabat guru bisa jatuh dihadapan siswa.
Bagaimana penilaian mereka nanti terhadap gurunya?
  1. Cara mengajar selalu berbeda.
Ini penting sekali untuk membuat siswa tidak bosan. Lakukan cara yang selalu berbeda setiap masuk kelas. Kalau  kita belum menemukan cara atau belum mampu melakukan teknik yang tepat. Sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu ajak keluar semua siswa kita.
Sesuaikan dengan kondisi sekolah kita mengajar. Kita juga bisa memanfaatkan potensi yang ada di sekitar sekolah. Kita juga bisa melalui permainan  sebagai media belajar agar siswa merasa rileks.
  1. Rajin periksa tugas siswa.
Kita sering lupa memeriksa tugas yang diberikan atau memang sengaja tidak diperikasa? Padahal dengan tidak memeriksa tugas yang kita berikan itu sama artinya dengan kita menyepelekan siswa.
Hal ini tidak baik untuk wibawa kita di depan siswa. Selalu periksa setiap tugas yang kita berikan kepada siswa. Jangan menunda, walaupun kerja tersebut terasa memuakkan. Hargai jerih payah mereka.
Berikan pujian dan penghargaan yang wajar kepada siswa kita yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Jangan sekali-kali menghinanya dengan mengatakan langsung kepadanya bahwa hasil kerjanya tidak benar. Hal itu penyebabnya bisa jadi mungkin saja penyampaian kita belum bisa dipahami dengan baik oleh siswa.
  1. Disiplin dan Bertanggung jawab.
Dua kata di atas gampang diucapkan sulit diterapkan.
Sebagai profil yang keberadaan kita selalu dijadikan teladan siswa. Sudah selayaknya guru menempatkan dirinya dengan baik sebagai figur disiplin dan bertanggungjawab.
Ketika kita datang terlambat ke kelas cepatlah minta maaf atau biarkan siswa yang memberikan sanksi kepada kita. Hal ini akan jauh lebih membuat kita berwibawa jika melakukan kesalahan. Dengan meminta maaf tidak menurunkan wibawa kita sebagai guru.
Beritahukan alasan kita dengan rasa menyesal dan jujur ketika kita tidak dapat mengisi kelas atas sebab tertentu. Jadilah guru yang dirindukan, dihormati  tanpa merasa ditakuti.
  1. Humoris adalah Cara menjadi guru yang baik dan disayang siswa.
Kenangan termanis tentang guru kita dulu, salah satunya adalah sifat humoris.
Tahu kenapa? Karena saat mengingat hal yang lucu perasaan kita akan senang  dan terkesan di hati.
Candaan dan humor membuat belajar lebih menyenangkan. Tetapi bukan berarti humor yang menyinggung kekurangan murid, melainkan humor pada tempat dan saat yang tepat. Usahakan humor masih  berhubungan dengan materi pelajaran yang kita sampaikan.
Kenapa ini perlu? Karena jika dalam penyampaian materi  guru terlalu serius maka yang terjadi adalah siswa menjadi bosan dan mengantuk.
Kita bisa menceritakan pengalaman menarik selama sekolah dan berbagi kenangan bersama siswa.
  1. Mendidik dengan hati dan menginspirasi.
Guru  bukan hanya dianggap sebagai pekerjaan atau profesi. Lebih dari itu Guru juga dimaknai sebagai pengabdian dan ibadah. Murid bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga insan seperti anak, yang tidak hanya dididik juga didoakan.
Cintailah mereka dengan tulus seperti anak kita sendiri.
Dalam mentransfer ilmu, menasehati, atau memberi hukuman lakukanlah dengan hati dan segenap perasaan. Maka yang akan mereka terima adalah rasa kasih sayang, bukan dendam.
  1. Ramah dan selalu tersenyum.
Guru memang harus menjunjung disiplin tetapi jangan abaikan sikap ramah kepada siswa.
Bukan hanya guru yang suka disapa oleh siswa. Siswa juga paling suka kepada guru yang mudah tersenyum. Lebih menyenangkan lagi jika senyuman tersebut diselingi dengan sapaan.
Guru yang ‘mahal’ senyum akan terkesan sangar dan sudah pasti tidak disukai siswa.
Dengan ramah dan tersenyum memberikan kesan “terbuka”. Membuka diri untuk setiap kesulitan siswa akan menghempaskan jarak antara siswa dan guru.
Mereka tidak akan canggung lagi untuk mengemukakan kesulitannya saat di sekolah. Ini bisa membantu guru dalam membimbing siswa dalam mengambil keputusan yang tepat.
  1. Menjaga penampilan.
Menarik bukan berarti harus berwajah tampan atau cantik. Berpakaian rapi, bersih, wangi  dan serasi membawa suasana positif bagi murid kita. Hal itu merupakan Cara menjadi guru yang baik dan disayang siswa.
Bagaimana kita akan dihormati dan disayangi oleh Murid kita bila penampilan kita lusuh, bau dan tidak rapi?
  1. Jangan membawa masalah rumahtangga ke Sekolah.
Dan yang tidak kalah penting, jangan pernah membawa masalah rumah ke sekolah. Karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap gaya  dan mood kita saat mengajar. Bersikaplah profesional dalam menjalani profesi kita. Tinggalkan masalah di rumah. Kalau bisa selesaikan sebelum kita masuk pintu gerbang sekolah.
  1. Murah hati.
Murah hati bukan berarti hobi traktir murid-muridnya,ya! Tetapi beliau ini senang sekali memberi kemudahan atau bantuan dalam memecahkan persoalan siswa.
Misalnya siswa tidak bisa mengerjakan soal dan bertanya berkali-kali tetapi tetap tidak faham. Guru tetap telaten membimbing sampai siswa itu bisa. Kecuali saat ulangan ya!
Bukankah menyenangkan jika ada guru yang mau berkeliling kelas untuk memberikan kesempatan muridnya bertanya lebih detail. Mengingat adapula murid yang malu jika harus bertanya dengan mengacungkan jari dan bersuara keras?
  1. Responsif.
Guru yang resposif berarti berusaha untuk memahami dan mempelajari karakteristik si murid. Guru yang responsive akan tahu betul seperti apa murid-murid yang diajarnya.
Langkah ini dilakukan agar guru tahu model belajar seperti apa yang dibutuhkan siswa, sehingga tujuan belajar tercapai.
Nah, respon seperti inilah yang dibutuhkan siswa. Tentu kesuksesan yang akan dicapai siswa nanti merupakan kesuksesan guru juga dalam mendampingi belajar.
  1. Dinamis.
Idealnya  guru mampu memimpin dengan berbagai cara. Baik memaksa (diktator), diskusi, voting, dan sebagainya dalam mebuat keputusan sesuai kondisi masalahnya.
Kalau guru hanya monoton alias statis pada cara memimpinnya, murid akan merasa bahwa guru itu membosankan. Adakalanya saat mengajar kita selipkan cerita-cerita yang sekiranya menghibur murid-murid kita.
Dengan mengubah pola mengajar kita sejenak, kita bisa membawa murid-murid hanyut pada suasana belajar, tidak asyik sendiri-sendiri.
  1. Fokus juga Cara menjadi guru yang baik dan disayang siswa.
Mengendalikan siswa untuk tetap fokus pada tujuan utama belajar harus dipegang terus oleh guru.
Mengapa? Seperti apapun seorang guru terombang-ambing dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dengan berbagai cara. Mengobrol,menyelipkan humor atau sekedar berbagi pengalaman untuk menghindari kebosanan dalam belajar. Jangan sampai melenceng dari arah dan tujuan.
Kitalah yang memegang kendali. Jangan sampai murid yang mengendalikan gurunya.
  1. Memberi kepercayaan.
Memberi kepercayaan pada murid, membuat mereka merasa dapat diandalkan oleh gurunya. Ini sebuah pertanda terjadi  interaksi baik antara guru dan murid.
Tapi sayangnya, tidak semua murid mau dengan senang hati diberi kepercayaan oleh gurunya.
Jika menemui murid semacam itu, dekatilah dan cari tahu mengapa ia enggan diberi kepercayaan oleh kita. Dengan pendekatan yang baik akan mulailah  hubungan yang baik pula. Sehingga si murid lebih dekat pada kita dan bisa bekerja sama lebih nyaman.
Perlu kita ingat, jangan pernah memberi kepercayaan pada murid hanya karena kita ingin lepas dari tanggung jawab kita.
  1. Mampu menjadi contoh atau suri tauladan.
Tidak hanya pandai berbicara tetapi juga mampu mempraktekkannya.
Contoh adalah nasehat ajaib yang langsung dilihat dan dirasakan siswa. Oleh karena itu jangan berkata dahulu sebelum kita yakin mampu melakukannya. Ingat pepatah lama mengatakan:
“Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari.”

Mengajar dengan Hati
Kata _Mengajar_derivasi dari kata _ajar_. Kata ini memiliki turunan yg banyak dengan makna yg beragam, semisal _belajar, mengajar, pelajar, pelajaran, pembelajaran_ dan lainnya. Mengajar dibatasi untuk istilah kegiatan guru dlm berinteraksi dengan siswa, sedangkan belajar adalah sebaliknya. Jadi mengajar adalah kata khusus untuk guru di hadapan siswa-siswanya.
Agar ajeug, saya harus mendefinisikan guru terlebih dahulu. Guru adalah profesi yg memiliki kemampuan mengajar (paedagogy), pengetahuan yang akan diajarkan (profesional), kepribadian yg layak dicontoh dan memiliki kesolehan sosial. Dalam beberapa konteks, ada kemampuan lain yg ditambahkan semisal memiliki kepemimpinan yg mumpuni dan pengetahuan spiritual yg mendalam. Saking komplitnya, saya memprediksi (dg indikator berasal dr hadits2 shohih) guru adalah manusia berpredikat malaikat bumi calon penghuni surga.
Setiap guru dapat dipastikan memiliki hati. Hati ini telah dilatih secara sistematis (mujahadah) oleh proses yg bgitu panjang, baik oleh lembaga formal, informal, otodidak, atau oleh kehidupan itu sendiri. Karena hati secara fisik merupakan segumpal darah, maka tabiatnya berubah-rubah (qolb) tergantung dimana hati itu disimpan. Semakin hati di simpan dekat dengan kebaikan, maka semakin besar juga kemungkinan hati untuk menginstruksikan seluruh organ dalam kebaikan. Guru yg dilatih dg cara mengolah hati, maka cenderung mengajarkan dengan hati.
Mengajar dg hati adalah buah dari gabungan empat atau enam kemampuan (istilah kerennya kompetensi : seperangkat kemampuan) yg diawal sudah disebutkan. Paedagogy adalah ilmu yg memerintahkan organ tubuh secara teknis untuk mengajar, professional adalah organ otak yg diperintahkan untuk menguasai ilmu yg akan jadi mayeri untuk mengajar, begitupun kepribadian dan kesolehan sosial adalah produk dari hasil perintah untuk menunjukan bgitu mulianya guru di hadapan siswanya. Siapa memerintahkan? dia adalah hati.
Mengajar dg hati, sebenarnya sederhana. Sesederhana kita melakukan sholat yg khusu' (khudurul qolb). Namun, tanpa mujahadah tidak mustahil seorang guru tidsk menggunakan hati dalam mengajarnya. Walau hati ada, namun dia sangat butuh perhatian dan nutrisi lebih dibanding organ lainnya. Seorang guru yg baik, hati nya akan dihadirkan dlm mengajar. Kehadirannya tidak kosong, melainkan penuh dengan irama kemanusiaan dan kesahajaan. teknik apapun dlm mengajar, materi apapun dlm mengajar akan memiliki kekuatan dahsyat melalui hati yg terlatih.
Saat ini, hati jarang hadir atau dihadirkan oleh guru dlm mengajar. Ada virus berbahaya bernama materialisme dalam dunia pendidikan. Materi yg dipersepsikan dpt membuat semua berbhagia begitu dahsyat menghantam kesetabilan hati. materi membuat hati enggan untuk hadir tanpa ditemani materi, mengajar menjadi kaku, transaksional dan bhkan membodohkan. Materi mnjdi prasyarat untuk keluarnya hati dari persembunyiannya, sehingga cinta guru terhadap muridnya menjadi conditional love (cinta dg syarat).
Ajaran kita telah menunjukan bhwa ada 3 profesi yang tidsk bole menerima bayaran; (1) ketika seorang murid meminta diajarkan ilmu, (2) ketika seorang pesakitan meminta untuk diobati, (3) ketika seorang minta jntuk didampingi permasalahan hukum yg menjeratnya.
Guru satu dari 3 profesi itu. Munafik adalah kata yg bisa dikatakan bg para antagonist. hidup butuh uang, ibadah pun butuh materi, apapun harus dg duit. Itu fakta. Bagi kita para pengajar dengan hati, uang itu penting. Tapi ia bukan syarat untuk mengajar. Ia hanya bonus untuk mengarungi kehidupan yg dihadapinya.
MENGAJAR DENGAN HATI
MENGAJAR DENGAN HATI

 “Betapa bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma dihadapan siswanya. Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati,  dan kepergiannya ditangisi.”
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”( UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1 )
Pendidikan adalah sebuah dunia yang lahir dari rahim kasih sayang. Pendidikan harus berlangsung dalam suasana kekeluargaan dengan pendidik sebagai orang tua dan anak didik (murid) sebagai anak. Pendidikan dilakukan dengan hati lewat ungkapan rasa kasih sayang (love), keikhlasan (sincerely), kejujuran (honesty), keagamaan (spiritual), dan suasana kekeluargaan (family atmosphere).  Guru tidak dibatasi waktu dan tempat dalam mendidik siswa, sebagaimana orang tua mendidik anaknya. Guru harus ikhlas dalam memberikan bimbingan kepada para siswanya sepanjang waktu. Demikian pula tempat pendidikannya tidak terbatas hanya di dalam ruang kelas saja, dimanapun seorang guru berada, dia harus sanggup memainkan perannya sebagai seorang pendidik yang sejati. Fenomena ini yang kini hilang dari sistem pendidikan nasional kita sekarang.
Mulai meredupnya nuansa kasih sayang dalam interaksi antara guru dengan siswa telah melahirkan sikap guru yang lebih suka menghukum daripada tersenyum. Guru lebih suka menghardik daripada bersikap empatik. Guru yang baik adalah guru yang melandasi interaksinya dengan siswa diatas nilai-nilai cinta dan kasih sayang. Dengan cintalah akan lahir keharmonisan. Diera globalisasi yang selalu mengedepankan emosi di sisi hati, ditengah mewabahnya kekeringan sosial dan krisis kesantunan moral, maka sebuah keniscayaan bagi guru untuk merevitalisasi penanaman sikap santun dan keramahan di sekolah sebagai lembaga rekayasa sosial. Seperti yang katakan oleh pakar pendidikan kita Arif Rahman bahwa diera reformasi yang serba kebablasan ini guru harus mengajar muridnya dengan hati (cinta dan kasih sayang) bukan emosi.
Sikap cinta dan kasih sayang seorang guru tercermin melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, serta sikap-sikap positif lainnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya dengan para siswa. Sosok guru yang selalu menebar kasih sayang pada siswa akan melahirkan sebuah kharisma. Siswa akan mencintai guru dengan cara mengidolakannya, serta menempatkan dia sebagai sosok yang berwibawa dan disegani. Cinta adalah sikap batin yang melahirkan kelembutan, kesabaran, kelapangan, kreativitas, serta tawakkal. Jaring-jaring cinta yang kita tebar dengan penuh keikhlasan akan tersambut positif oleh siswa. Sesuai dengan kalimat hikmah “Siapa menanam, dialah yang akan memetik hasilnya.”
Respon balik dari rasa cinta siswa bisa terwujud melalui sikap-sikap positif. Misalnya penghormatan, kepatuhan, motivasi belajar, kecintaan terhadap tugas, dan rasa ingin selalu menghargai guru yang dicintainya. Dengan sikap-sikap seperti ini maka siswa akan merasakan bahwa belajar sudah bukan lagi sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan bahkan keasyikan. Maka akan muncul gairah untuk berprestasi didalam jiwa siswa. Namun dalam realita dilapangan , ungkapan rasa cinta guru tidak mudah ditangkap oleh siswa. Mengungkapkan kata cinta tidak semudah mengucapkan. Dibutuhkan kiat dan seni tersendiri agar sinyal cinta guru dapat dipahami siswa.
Bagaimana mewujudkan Mengajar dengan hati di sekolah? Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru:
Kelembutan sikap
Modal utama cinta salah satunya adalah kelembutan sikap. Kelembutan akan melahirkan cinta, dan perasaan cinta akan semakin merekatkan hubungan antara guru dengan siswanya. Bila seseorang mencintai sesuatu, pasti ia akan berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya tersebut. Jika siswa selalu menemukan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru, maka siswa akan meyakini bahwa gurunya memang mencintai mereka. Hampir semua guru berkeinginan untuk mencintai dan dicintai siswanya. Namun tidak semua guru berhasil melakukannya. Kiat-kiat untuk melembutkan hati guru: pertama, jangan pernah ragu menyatakan “aku juga mencintaimu” terhadap siswa. Menurut Gary Chapman, semua tingkah laku  anak adalah “bahasa cinta.” Dari tingkahnya yang beraneka rupa ,anak mengharap respon positif dari orang dewasa. Oleh karena itu kita tidak boleh tergesa-gesa  menstempel/cap hitam terhadap anak  yang bertingkah polah negatif, tetapi segeralah kita menangkap pesan cinta  dari anak tersebut. Disinilah muasal hati menjadi lunak dan lembut. kedua, nyatakan “aku hadir demi kamu.” Jika guru menganut filsafat ini maka, bagaimanapun karakter siswa yang dihadapi, guru akan mampu menerima dan menghadapinya dengan bijak. ketiga, nyatakan “akulah sahabatmu.” Apabila ada teman yang selalu setia bersama kita di kala susah atau senang, maka dialah teman sejati. Guru jangan jadi model “polisi” yang akan menjadi teman dinas bagi siswanya. Sebagai teman sejati guru harus mampu menciptakan komunikasi “pemecah es” untuk memecahkan kebekuan suasana dalam berinteraksi dengan siswa.
Memenej Emosi
Guru harus pandai memenej emosinya secara baik dan canggih. Jangan sampai mencampuradukan persoalan pribadi dengan masalah sekolah. Bila guru ingin meluapkan emosi yang sulit dibendung dihadapan siswa, hendaklah dengan cara duduk, jangan dengan berdiri apalagi dengan berkacak pinggang. Bila amarah belum reda, cobalah dengan berbaring sejenak, dan bila dengan berbaring masih belum mampu mengendalikan perasaan marah maka, hendaklah mengambil air wudhu /cuci muka. Api amarah akan padam mereda bila disiram dengan air.
Hindari Prakonsepsi Negatif ( Su’udzanisme)
Dalam menghadapi siswa yang bikin ulah dikelas, selaiknya guru jangan mudah terbawa arus emosional yang bersifat negatif. Stempel atau cap negatif akan menyebabkan hubungan guru dan murid menjadi tersekat, tidak netral, bahkan penuh dengan prakonsepsi negatif. Untuk menghindari hal seperti itu guru harus mampu menjadi sosok yang pemaaf. Seorang guru harus memahami bahwa anak berbuat kesalahan lebih karena dorongan naluri kekanak-kanakannya ketimbang pertimbangan rasionalnya. Buatlah kondisi interasi kembali netral dengan maaf.
Hadirkan mereka dalam doa
Guru adalah orang tua kedua bagi anak. Maka, hendaklah guru berusaha berbuat sebagaimana dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Mendoakan anak secara rahasia merupakan keniscayaan bagi guru yang kini banyak terlupakan. Guru selain sebagai pengajar dan pendidik serta yang tidak kalah pentingnya adalah menjadi pendoa bagi anak didiknya.
Sejalan dengan pemikiran diatas, sebenarnya ada tiga hal yang sangat dibutuhkan siswa disekolah. Pertama lingkungan belajar yang aman dan nyaman, kedua sekolah sebagai rumah kedua, dan ketiga komunitas teman sebaya. Lingkungan belajar yang aman dan nyaman meliputi sarana dan prasarana fisik serta suasana belajar yang enjoy learning. Belajar akan efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan. Berangkat dari rasa kegembiraan itulah maka akan bangkit minat, adanya keterlibatan penuh, tercipta makna, adanya pemahaman atau penguasan materi serta munculnya nilai yang membahagiakan.
Guru sebagai sosok yang pantas digugu dan ditiru, penting menempuh pendekatan yang disertai dengan kelembutan terhadap anak didik. Menurut Rudolf Dreikurs, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru untuk mengembangkan sekolah ramah anak. Pertama, jadilah guru yang tidak lagi bertindak sebagai penguasa kelas atau mata pelajaran, tetapi bertindaklah sebagi pembimbing kelas atau mata pelajaran; kedua, kurangi kelantangan suara dan utamakan keramahtamahan suara; ketiga, kurangi sebanyak mungkin nada memerintah dan diganti dengan ajakan; keempat, hindarkan sebanyak mungkin hal-hal yang menekan siswa; kelima, hal-hal yang menekan diganti dengan pemberian motivasi terhadap anak sehingga bukan paksaan yang dimunculkan, tetapi pemberian stimulus; dan keenam, jauhkan sikap guru yang ingin”menguasai”siswa karena sikap yang lebih baik ialah mengendalikan siswa. Hal yang terungkap bukan kata-kata mencela, tetapi kata-kata guru yang membangun keberanian dan kepercayan diri siswa.
Sekolah merupakan miniatur kehidupan dalam masyarakat. Karena itu, selain diberi pembelajaran dalam keseharian, para siswa juga diajak mengembangkan aspek persaudaraan dan solidaritas antar teman sebagai bekal kehidupan bersosisalisasi dalam hidup bermasyarakat. Pengembangan aspek kemanusiaan ini bisa tercipta jika guru dapat menciptakan iklim pembelajaran dikelas yang kondusif dengan menerapkan model-model pembelajaran yang menantang siswa berfikir kritis dan kreatif. Lewat sekolah, siswa diajarkan rasa saling menghormati dan mencintai perbedaan dalam segala bidang baik dengan teman, guru dan masyarakat sekitar. Siswa tidak cukup hanya menerima perbedaan, tetapi lebih penting lagi mencintai kebersamaan dalam perbedaan.
Mau dan mampukah guru menanam dan menyemai cinta di hatinya untuk siswa-siswinya ? harus ! Karena keputusan seseorang menjadi seorang guru haruslah memahami resiko-resiko yang akan ia hadapi sebagai orang yang berprofesi sebagai pendidik, dengan semangat totatalitas kerja yang tinggi. Selamat menebar pesona cinta untuk semua siswanya bagi sang pahlawan cendekia.


Jumat, 03 Mei 2019

4 Cara Mudah Mengajarkan Tanggung Jawab pada Anak

Sejak dini, anak harus diajarkan tanggung jawab supaya perkembangannya bisa lebih optimal. Untuk memupuk rasa tanggung jawab dapat dilakukan secara bertahap dan melalui cara yang tepat dan sederhana.
Orangtua bisa mencoba mengenalkan konsep bertanggung jawab pada si Kecil melalui kegiatan membantu merapikan rumah. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan agar proses belajarnya lebih efektif, seperti yang dilansir dari laman ibudanbalita.com.
  1. Mulai dari yang Sederhana
Mulailah mengajarkan anak untuk bertanggung jawab lewat hal-hal sederhana. Anda bisa mulai membuatnya untuk lebih peduli dengan benda-benda miliknya sendiri. Contohnya, merapikan kasurnya sendiri, meletakkan piring bekas makan ke wastafel cuci piring, dan membereskan kembali mainan yang ia gunakan setiap selesai bermain. Supaya si Kecil tak merasa terbebani, buatlah ia merasa terbiasa melakukan tugas-tugas tadi satu per satu, secara bertahap. Misalnya, jadikan satu tugas merapikan mainan menjadi rutin, baru kemudian beri ia tanggung jawab lain.
  1. Jelaskan Alasannya
Di usia balita, si Kecil memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal. Inilah sebabnya ia jadi sering bertanya, termasuk saat diminta membantu merapikan rumah. Manfaatkan hal ini untuk memberinya penjelasan sederhana tentang pentingnya tanggung jawab. Misalnya dengan berkata, “Kalau Adik rajin membersihkan tempat tidur, Adik bisa tidur lebih lelap saat malam, karena kasur yang bersih membuat Adik nggak gatal-gatal saat tidur.”
  1. Ingatkan Anak untuk Melakukan Tugasnya.
 Begitu si Kecil mengetahui alasan di balik tugas-tugas yang harus dilakukannya, mulailah konsisten mengingatkan ia untuk memasukkan kembali mainan ke box setiap selesai bermain, atau membawa piring ke wastafel setiap selesai makan. Di tahap-tahap awal, Ibu memang harus mengingatkan anak pada tugas-tugasnya lebih sering. Namun, seiring berjalannya waktu, ia pun akan mulai terbiasa melakukan tugas-tugasnya, sehingga Ibu tak harus mengingatkannya lagi.
  1. Berikan Apresiasi Setelah anak selesai menjalankan tanggung jawabnya, beri ia apresiasi.
Penghargaan ini tidak melulu harus dalam bentuk barang baru atau mahal. Ibu juga bisa menunjukkan apresiasi lewat pujian atau ucapan terima kasih. Sederhana memang, tapi hal ini bisa membuat anak merasa dihargai dan dicintai. Saat anak sudah bisa konsisten melakukan tugas-tugas sederhananya tanpa Anda ingatkan, berikan ia apresiasi tambahan, misalnya dengan membelikannya es krim kesukaannya. Dengan begini, semoga ia jadi lebih paham bahwa melakukan kewajiban tanpa harus diingatkan itu baik sekali.

Rabu, 01 Mei 2019


PROFIL GURU ZAMAN NOW
Guru adalah pemberi obor dalam kegelapan. Permasalahan yang dihadapi setipa masa berbeda-beda. Masalah yang dihadapi oleh guru sekrang ketika mereka kecil dahulu tidadklah sama dengan masalah yang dihadapi anak-anak zaman sekrarang atau lebih dikenal dengan anak zaman now. Guru sekeang merupakan kelahiran 60 an. Sementara murid yang dihadapinya sekarng kelahiran 2000 an. Sekitar 65 persen murid pendidikan dasar yang ada sekarang merupakan generasi milenial yang bakal dihadapkan pada jenis-jenis pekerjaan baru yang asing. Karena itu, dibutuhkan guru-guru berwawasan baru untuk menciptakan peserta didik yang siap menghadapi dunia kerja masa depan.
Total jumlah guru sekitar 2,9 juta. Yang pensiun sekitar 70 ribu-80 ribu. Produksi guru dari universitas tidak banyak yang punya kualifikasi bagus. Jadi, muridnya abad ke-21, gurunya masih abad ke-20. Guru abad ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang tepat untuk mengajar siswa milenial.
Karakteristik tersebut antara lain menjadikan siswa sebagai produser, belajar teknologi baru, berwawasan global, siap dengan era digital, berkolaborasi, pembelajaran berbasis proyek, dan terus berinovasi, mengingat karakteristik siswa di zaman milenial sangat  aware teknologi, warga global, otentik, liberal, progresif, percaya diri, dan berorientasi tim.
Generasi milenial merupakan generasi yang dilahirkan pada kisaran tahun 1980-2000, generasi masa kini yang berusia 15-34 tahun. Esensinya, generasi millenial hidup di era digital dan memanfaatkan media teknologi informasi dalam kehidupannya. Generasi millenial menghabiskan 6,5 jam setiap hari untuk membaca media cetak, elektronik, digital, broadcast dan berita. Mereka mendengarkan dan merekam musik; melihat, membuat, dan mempublikasikan konten Internet serta tidak ketinggalan menggunakan smartphone.
Suka Memegang Kendali
Selain itu, karakter generasi pada era kekinian ini memiliki berbagai macam diantaranya; mereka suka memegang kendali, tidak mau terikat dengan jadwal tambahan, dan mereka tidak terlalu suka duduk di ruang kelas untuk belajar atau di kantor untuk bekerja. Sebaliknya, mereka lebih suka menggunakan teknologi untuk belajar kapan saja, siang, atau malam, melakukan telekomunikasi dari mana saja dan mendefinisikan keseimbangan dengan cara masing-masing. Kemudian tidak menyukai komunikasi satu arah, kurang menyukai bacaan konvensional seperti buku, serta lebih tahu dan mahir teknologi dibanding orang tua termasuk gurunya. Oleh karena itu, guru perlu memahami model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman, yaitu berpikir kritis, kolaborasi, keterampilan komunikasi, dan literasi, untuk mendidik peserta didikanya.
Sehingga menjadi suatu keharusan bagi guru untuk memahami karakter generasi digital. Hal ini sangat penting agar guru mampu memposisikan diri sebagi pendidik yang dipandang ideal di mata peserta didik millenial. Profil guru yang mendapatkan kepercayaan untuk memberikan taktik dan strategi pembelajaran yang berdaya guna. Layaknya seorang pelatih sepak bola yang dipercaya secara penuh oleh anak asuhnya meracik formasi pemain kemudian menentukan pola permainan yang tepat sesuai karakter kesebelasannya agar mampu meraih kemenangan di akhir pertandingan
Profil guru zaman now harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman untuk menjaga marwah kedaulatan seorang guru. Profil guru era millenial yang dimaksud adalah:
  1. Melek digital.
Hadirnya guru di dalam kelas bersama laptop akan memberi angin segar bagi siswa. Bukan tanpa alasan, karena umumnya ada pembelajaran menarik yang akan disajikan oleh sang guru, semisal media power point dan video. Urgensinya adalah guru harus memiliki kemampuan menggunakan alat-alat digital, dan kecakapan prilaku dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi. Kemampuan mengoperasikan komputer menjadi keharusan, justifikasinya adalah memudahkan guru dalam menjalankan tugas dan fungsi profesinya, semisal penyusunan RPP dan pengolahan nilai. Keterampilan digital lainnya adalah menjelajahi dunia maya dan akses surat elektronik. Adapun fakta di lapangan masih banyak guru yang belum melek digital menjadi PR besar untuk ditingkatkan kapasitasnya.
  1. Memanfaatkan media sosial sebagai sumber belajar dan komunikasi pembelajaran.
Misalnya media sosial, jangan sampai kita disebut guru “cupu” dikarenakan tidak memiliki medsos. Tujuannya untuk menjalin gaya komunikasi yang efektif terkait pembelajaran atau konseling di luar dunia nyata.
  1. Menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna (Joyful And Meaningful).
Siswa generasi now tidak layak disuguhi metode ceramah. Paradigma pembelajaran masa kini harus memberikan keleluasaan siswa berperan aktif. Intinya harus memenuhi unsur berfikir yaitu melakukan atau mengamati, interaksi , komunikasi ke segala arah dan refleksi.
  1. Guru harus menjadi Role Model.
Generasi digital identik pula dengan pandangan rasional, apa yang dilihat, didengar, dirasa akan melahirkan persepsi. Membentuk persepsi yang baik sangat penting ditunjukkan melalui keteladanan. Namun bahayanya ketika ada kesenjangan antara ucapan dan perbuatan maka akan melunturkan loyalitas pembelajaran sang anak.
  1. Guru sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Guru harus terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan teknik mengajarnya. Memaksimalkan gawai pintar untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya agar tidak kalah tahu dibandingkan anak didiknya dan men-download aplikasi keperluan guru. Pada muaranya, profil guru yang memiliki kapasitas mumpuni diharapkan mampu menghadapi tantangan generasi milenial sehingga melahirkan generasi yang cerdas berkarakter.

Sabtu, 27 April 2019

KECANDUAN MENULIS


KECANDUAN MENULIS
Mudah mudahan ini pertanda baik buat saya. Sejak mengikuti pelatihan SAGUSABU di Kota Padang, 18-19 April 2019. Saya merasakan sesuatu telah di bangkitkan dalam diri saya yaitu Kecanduan Menulis. pelatihana tersebut diangkat motto nya oleh panitia yaitu Mambangkik Batang Tarandam.
Makana mambangkik batang tarandam adalah sesuatu yang sangat berharga dan mulia yang kita miliki, “sesuatu” ada pada kita akan tetapi selama ini terkubur dalam lautan yang dalam sehingga kita tidak menyadari bahwa kita memilikinya, seoalah-lah tidak dalam diri kita, padahal kita punya. Akan  tetapi “sesuatu” itu masih tekubur didalam lautan yang dalam.
Untuk mengangkat mendongkrak agar batang tersebut bangkit dan muncul kepermukaan, dia butuh seorang motinvator. Seorang motivator itu adalah mereka yang memang sudah berhasil memiliki membangkitkan batang nya sendiri dan punya kecakapan dan kemampuan yang mumpuni untuk menggerakkan semangat dalam diri seseorang agar bangkit, bangki dan bangkit.
Salah satu batang tarandam itu adalah bakat menuls. Setiap orang pasti pandai biacara. Ketika apa yang kita bicarakan itu kita tulis dan kita rangkai dalam sebuah tulisan maka jadilah kita penulis. Tulisan yang kita tulis lalau duterbitkan oleh penerbit dan laku di pasaran maka jadilah kita penulis terkenal.
Fokus utama kita bukanlah menjadi penulis terkenal, tetapi kita harus menulis sesuatu yang kita niatkan apa yang kita tulis tersebut akan dibaca dan bermamfaat bagi orang yang membacanya. Kalau banyak yang suka dengan tulisan kita, ya.. kita jadi terkenal… siapa tau nasib sesorang.. dengan tulisan ini saya juga bisa jadi terkenal setidknya dikenal oleh yang membaca tulisan ini. Karena rasa candu menulis sudah saya rasakan..…Salam Literasi untuk kita semua… wassalam


GURU MILENIAL


MENJADI GURU MILLENIAL

C
iri masyarakat mllenial adalah masyarakat yang menguasai tekhnologi infomasi yang sekarang ini sedang berkembang pesat. Guru merupakan seorang yang bekerja secara prorsional semestinya harus mengikuti perkembangan zaman. Guru millenial adalah guru yang melek tekhnologi buksn guru yang gagap tekhnologi/Gaptek.
Tidak dipungkiri lagi bawa sejak pengangkatan guru secara besar besaran pada tahuh 60 an tentunya sudah banyak guru yang usianya hampir penisun bahkan sudah banyak yang pensun. Bagi guru yang sekang usianya 55 tahun tentunya masih ada masa pengabdian 5 tahun lagi. Artinya guru tersebut berada pada era millenial.
            Sebagai guru yang hidup di era millenial, semestinya guru tersebut tidak boleh Gaptek. Seorang guru harus selalu belajar menggunakan tekhnologi informasi yang begitu pesat. Sebagaiman kita memberikan motivasi pada siswa kita dengan mengatakan   “kamu pasti bisa”. semestinya sebagai gurupun kita harus motivasi diri kita sendiri dengan mengatakahan pada diri “saya pasti bisa”.
Agar kita bisa mengikuti perkembangan zamanada bebrapa tips yang bisa kita lakukan sebagai guru.
  1. Banyaklah membaca!
Dalam ajaran agama Islam, ayat pertama turun adalah Iqro`. Artinya bacalah!. Orang yang pintar adalah orang yang banyak mebaca. Sangat ironis memang, ketika seorang guru menyuruh anak didiknya untuk selalu membaca sementara dia sendiri malas untuk membaca.
Membaca merupakan jendela dunia. Orang yang banyak membaca akan mengatahui banyak hal. Guru yang banyak membaca akan mempunyai wawasan yang luas dan dengan sangat mudah menjawab pertanyaan ketika siswanya bertanya.
Anak zaman sekarang sudah kritis, mereka banyak bertanya. Jika seorang guru tidak mebekali dirinya dengan banyak pengetahuan dan wawasan luas maka akan kesulitan untuk mejnawab pertanyaan dari siswa yang kritis.
Dalam sebuah tulisan di media sosial yang penulis baca, ternayata Bill gates membaca sekitar 50 buku dalam setahun, Warrant Buffet membca 600-1000 halaman perhari, Mark Cuben menghabiskan lebih dari 3 jam perhari untuk mebca buku, Mark Zuckerburg membaca buku baru tiap 2 minggu.
Oprah Winfrey setiap bulan membaca dan mendiskusikan buku baru dengan klub membacanya. Buku adalah jendela dunia. Dari buku kita akan medapat banyak pengetahuan.
Profesi sebagai guru merupakan profesi yang salah satu fungsinya adalah membagikan ilmu kepada siswa. Semakin banyak kita memilki ilmu pengetuan akan  semakin banyak kita amemberikan pengetahuan kepada siswa. Tidak cukup kita mengadalkan ilmu yang kita dapat waktu kuliah saja, karena ilmu pengetahuan semakin hari semakin pesat perkembangannya. Agar kita tidak ketinggalan zaman, tiada lain yang harus kita lakukan adalah dengan banyak membaca. Wahai guruku yang  hebat, ayo kita tambah ilmu kita dengan membaca. Luangkan waktu kita untuk mecaba mulai sekrang, perbanyaklah membaca!
  1. Jangan malu bertanya!
Seorang guru harus banyak bertanya, guru memiliki kelebihan dan kemahahan. Ketika serong grui sudah malu bertanya dan mengaangap dirinya sudah pintar, alamat badan akan kerianggalan.
Kita menyadari seorang guru yang sudah lanjut usia, tentunya banyak yang tidak kita ketahui terutama tentang tekhnologi informasi. Jalan keluarnya cuma satu yaitu jangan malu bertanya, bertanyalah pada siapa saja. Walaupun itu pada murid dkita sendiri.
3.    Jangan takut melakukan kesalahan.
Sejak di laksanakannna kurikulum 2013 hampir semua guru mesti memilki leptop. Pengalaman di lapangan saya lihat, setelah membeli leptop, banyak leptip nya diam saja di rumah bahkan ada yang masih kelihatan baru wapupun sudah dimiliki 2 tahun. Kerika diotanya, kenapa Ibu masih baru Le[ptonya?. Jawabnya sederhana saja “ iay pak, saya taku t mrngunakannya. Takut rusak” kata guru tersebut.
Penyakit ini merupakan penyakit yang dimulki oleh guru yang takut melakukan kesalahan. Takut rudak. Padahal yang punya leptop itu dia sendiri, katena takut rusal. Takut salah akhitna lepton nta diam saja di rumah.
Seroang guiru millenila tidak boleh seprti itu, guiru millenialmharus aktif, bertanya dan melakukan apa yang sudah di ajarkan oleh teman atau anak nua seklipun.
4.    Tingkatkan kepercayaan diri
Banyak guru yang kurang percaya diri. Mereka mengaangap dirinya sudah tua, tidak millenial dan sudah tidak zamnnya eksis. Sikap yang demikian bukanlah ciri seroang guru millenial. Seorang guru harus memiliki kepercayaan diri yang kuat. Keprcayaan diri yang kuat akan meningkatkan energi kita untuk berbat untuk melakukan sesuatu terutama yang berkaitan dengan tugas kita.
Kita seraing menyruh isea kita untuk percaya diri, hal yang sama juga diharapkana pada diri kita. Yakinlah tidak semua orang memilikimkesempurnaan, akan tetapi orang yangh sempurna itu adalah orang yang merasa dirinya serab kekaurangn dan memuiklik kepercayaan diri unutk menyempurnakannna dengan banyak belajar.
Oang ijak mengatakan órang yang berilmu adalah orang yang merasa dirinya kurang ilmu dan dia berusaha untuk menambahnya. Orang bodoh adlah orang yang merasa cukupo dengan ilmu yang ada padanya dan tidak mau untuke menambahnya.
5.    Perbanyak silaturrahmi
Adalam ajran agaka kita, terutama aga,ma Islam sillaturhmi merupakan jembatan hati. Silatuerahmi mmebrikan pada kita kesenangan dan ketenangan yang luar bissa dalam diri kita. Sehingga dalam hadist Nabi Muhammad saw.  mangatakan bahwa salah satu dosa yang besar adalah orang yang memutuskan silaturahmi.
Dalam kaitannya dengan pendidilan, silaturahmi dilakukan dengan kunjunngan ke sekolah – sekolah yang suduah maju. Kunjungan pada sekolah yang sudah maju akan menambah wawasan baru bagi kita. Kita dapat betukar pikiran dengan sesama guru. Kita ambil semua yang baik pada sekolah yang kita kunjungi. Dengan demikiaian silatuurahmi juga dapat meningkatkan wawasan kita, pengetahuan kita dan rasa kepecayaan diri kita.
Jangan malu bertanya pada sekolah yang kita kunjungi. Ambil semua ilmunya dan perbaiki di tempat kerja kita kalau kita sudah mendapatkan ilmu baru dari sekolah yang kita kunjungi. Jadi silaturrahmi juga cara kita untuk mejajukan diri dan sekolah kita.
6.    Buang jauh sifat iri dan dengki sesama guru
Sifat iri dan dengki merupakan sifat yang tercela. Seorang guru tidak boleh memilki sifat tersebut. Sigat tersebut terjadi pada guru seperti rasa iri pada teman sejawat yang sudah maju. Sifat iri pada kewan yang sudah maju merupakan penghambat kemajuan kita. Apabila teman kita sudah maju maka kita bersyukur karena kita bisa bertanya dan bertukar pikiran pada kawn yang sudah maju. Jika kita iri dan dengki maka energi yang muncul dalam diri kita adalah energi yang negatif. Enegri negatif tersebut bisa membakar potensi diri kita sendiri. Tentunya akan merugikan diri kita sendiri.
Orang yang memilki sifat iri dan dengki sulit untuk maju. Orang yang punya sifat iri dan dengki akan sulit menerima perubahan. Guru millenial harus membuang sifat demikian. Jangan pernah iri dan denfki pada teman kita. Karena teman merupakan aset kita yang bisa kita mamfaatkan unutk tumbuh dan berkembang.
7.    Jangan kikir memberikan ilmu pada teman seesama guru
Sifat yang juga harus dighindari oleh guru millenial adalah sifat kikir. Sifat kimir ini kan menghambat kemajuan sekolah kita. Apabila kita amemilki kelabihan dalam sudatu bidang, seorang gru millenial tidak boleh kikir.
Sifat kikir biasanya tumbuh pada diri guru karena merasa takut dengan temannya sejawatny akan lebih maju dari dirinya. Yakinlah semakin kita berikan ilmu itu pada orang laian, maka semakin bertambah ilmu kita jangan takut berbagi. Berikan apa yang kita punya pada teman kita, issya Allah,  Allah akan menambah ilmu yang sudah kita miliki.
Tanamkan rasa bangga pada diri kita ketika kita sudah bisa berbagi dengan teman sejawat. Kalau kita berbagi pada teman, dan teman kita mendapatkan ilmu baru dari kita, itu merupakan kebahagian tersendiri yang akan kita peroleh. Bukanklah salah satu amal yang dapat kita petik diakhirat nanti adalah ilmu yang bermamfaat yang telah ajarkan?. Ayo, jangan kikir! tanamlah sebanyak nya amal kebaikan dengan menyebarkan ilmu yang suduh kita miliki pada orang lain. Selamat berbagi.
8.    Berkunjungalah ke rumah orangtua siswa
Guru milenial mengahadpai permalasaha tersendiri dalam menghadapi anak zaman now. Anak zaman sekrang sdauh berbeda dengan anak msa guru menjadi seroqng anak. Anak zaman sekrang sudah melek tekhnologi. Teman kesehariannya kadangkal hanya dengan HP dan TV.
Masalah anak tidak bisa dihadapi guru saja. Peubahan tingkah laku pada naka xama sekrang sangatlah agak menakutkan. Anak zazman sekrang tidak takutlagiu pada gurunya. Disamping perubahan amzam, peraturan juga tiak boleh memarahi anak secara berlebiha. Tidak jarang Kondisi ini mebuat anak semakit agak cendrung erbiuat seenak hatinya.
Banyak sudah guur yang keqalahan menghadapi nak zamn sekrang. Maka guru millenial harus berkiunjung kerumah orang tuanya. Berdiskusi dengano rang tuanya. Membericarakan perkembangan anak dengan orng tuanya.
9.    Ayo menulis!
Mengapa  kita harus menulis? Ada beberapa alasan mengapa kita harus menulis. Petama Permendiknas No. 35 tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, berlaku efektif 1 Januari 2013 .
Kedua Kenaikan pangkat jabatan Fungsional Guru serendah-rendahnya Golongan III/b diwajibkan membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan.
Ketiga Siapa yang tidak kenal dengan Buya Hamka?, pada umunya semua orang kenal. Lalu, darimana orang tersebut kenal?, padahal Buya Hamka sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Jelas, orang kenal dengan Buya Hamka  adalah dengan karyanya yang berupa banyak buku. Bahkan ada tafsir yang di tulisnya ketika beliau berada dalam penjara.
Pelajaran yang dapat kita ambil adalah. Kita kenal dengan orang yang mati puluhan tahun yang lalu salah satu adalah dengan karya yang ditinggalkannya. 
Menulis merupakan sarana  sesorang untuk melepas uneg-uneg yang ada dalam kepalanya. Dari zaman dahulu, banyak cara yang dilakukan orang untuk melepas ketegangan dapal otaknya. Salah satunya adalah dengan menulis. Sebelum adanya komputer dan leptop. Orang dahulu menulis di buku harian. Sehingga buku harian merupakan barang yang selalu mendapingi dalam pelukan seseorang.
Pada zaman sekarang, disamping buku harian, ada alat yang dapat di gunakan oleh seeorang untuk menulisa yaitu leptop dan HP android. Apapun tempat kita untuk menulis tak jadi masalah. Yang penting ada media yang dapt kita gunakan unutk menulis. 
Seorang guru prosesioanl harus menulis. Ada pepatah mengatakan, harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading dan kalau guru mati seyogyanya meninggalkan tulisan.
Saya yakin, maisng-masing kita memiliki potensi untuk menjadi penulis, masalahnya mungkin kita  tidak memiliki kepercayaan diri, tidak tahu dari man memulai. Penulis hebat bukanlah penulis yang semuanya tulisannya dalam pikirannya, salah satu cara agar kita bisa menulis adalah dengan banyak membaca. Adapaun tips menulis adalah yang bisa kita lakuakan untuk memulainy adalah :
a.    Tuliskan apa yang muncul. Jangan di lawan
b.    Jangan di pusingkan dengan ejaan dan tanda baca. Tabrak saja!
c.    Fokus pada proses bukan hasil. Tulis saja
d.    Setelah kita tuangkan apa yang kita rasakan, baru kita swasunting (edit sendiri) tulisan kita.
Menurut Much Khoiri, hal 59-620  yang ditulis oelh Mas Febri melaui pesan What`s Up dalam Group Gur Sagusabu Padang IGPPL menyebutkan strategi menulis dalam kesibuakan diantaranya :
1.    Rajinlah membaca ( dalam arti luas)
2.    Selalu bawa alat rekam gagsan, baik alat audio maupun note-book untuk mencatat
3.    Menulis atau mengungkapkan gagasan dalam hati
4.    Segera tuangkan tulisan di “dalam hati” ke dalam tulisan terketuk
5.    Mamfaatkan waktu luang
6.    Menulis yang di alami (write what you do)
7.    Buatlah Motto “menulis setiap hari”
Seorang penulis yang sibuk mempunyaio motto “Pagi Pegawai, Petang Pengarang.
Mengapa kita harus ,menulis? ternyata, Menulis itu
a.      Mencerdaskan
b.      Mengurangi “stress” pikiran sehingga Menyehatkan (Menjadi psiko terapi  diri)
c.      Memperoleh “point” dan “coin”
d.      Manfaatnya “tak terputus” (Multi Level Pahala) dan “Panjang Umur”
Mengapa menulis itu susah? mungkin karena :
a.    Jika kurang niat (merasa tidak butuh)
b.    Jika belum dimulai
c.    Jika kurang terbiasa
d.    Jika belum merasakan manfaatnya
Lalu, bagaiman caranya agar kita  termotivasi untuk menulis? Caranya dalah :
a.    Niatnya harus KUAT
b.    Segera memulai (Take Action)
c.    3M (Menulis, menulis, dan Menulis)
Lalu apa yang harus kita tulis? Kita bisa saja menulis :
a.    Pengalaman hidup (rasa, dengar, lihat)
b.    Opini
c.    Liputan kegiatan
d.    Cerpen, puisi, novel
e.    Buku pelajaran :
f.     Buku pengayaan : buku pengayaan berisi tambahan/pendalam materi.
g.    Buku kamus : 
h.    Buku TTS pembelajaran
i.      Oto biografi. Tulsi sendiri,  mulai lahir sampai sekrang.
j.      Bio grafi : ditulis orang lain.
k.    Buku memeoar : sebahagian kisah bapak/ibu /orang lain.
l.      Novel mini
m.   Novel fiksi
n.    Novel faksi (fakta + Fiksi )
o.    Buku kumpulan puisi
p.    Buku cerita bergambar
q.    Buku media pembelajaran : (BP) best practis
r.     Buku panduan ( How To)
s.    Komik pembelajaran. Komik strip. Foto jadi strip
t.      Catatan harian :
u.    Buku reliji contoh
v.    Buku sejarah
w.   Buku fotrografi
x.    Kumpulan status medsos
y.    Pendidikan inklusi, kumpulan soal, olimpiade, ujian nasional, kumpulan pantun, tekhnologi, parenting, enterpreneuship.
z.    Buku profil sekolah
a.    Sejarah dan larat belakang
b.    Program unggulan sekolah
c.    Prestasi akdemik
d.    Alumni berprestasi
Kalau ada keinginan kita untuk menulis, banyak yang bisa kita tulis. Yang paling penting adalah niat dan kemauan kita.
Jadilah guru Millenial dengan meningglkan karya yang berbentuk tulisan. Ayo. Guru hebat. Mulai serkang ayo kita menulis untuk generasi kita yang akan datang. Guru hebat adalah guru yang meninggalkan kenangan untuk generasi penerus yang akan datang. Salah satu kenagan terbaik adalah meninggal tulisan dalam bentuk buku. Ayo menulis!


“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
- Pramoedya Ananta Toer