KOMPETENSI SOSIAL GURU
Oleh : Suyandi
Saputra, S.Pd.SD
Guru SDN 14 Sungai
Aur
Manusia merupakan makhluk sosial (zoon poplitician) menurut Aristoteles
adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin hidup berkelompok. Pendapat senada
menyatakan bahwa manusia adalah homo
politicus.
Guru sebagai bagian dari masyarakat
merupakan salah satu pribadi yang mendapatkan perhatian khusus di masyarakat. Peranan dan segala tingkah lakunya yang dilakukan
guru senantiasa dipantaun oleh masyrakat. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah
kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat di tempat tinggal.
Misi yang diemban guru adalah misi
kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah misi kemanusiaan. Guru harus
mempunyai kompetensi sosial karena guru
adalah penceramah Jaman (Langeveld 1955), lebih tajam lagi ditulis oleh Ir.
Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa pembnagunan” menyebutkan pentuingnya
Guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat. Oleh karena itu, tugas
guru adalah pelayan manusia.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan nahwa
kompetensi guru sebagaimana dimasksud pada pasal 8 meliputi komptensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, komppetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi sosial adalah kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peseta didik, tenaga
kependiidkan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi soaial guru merupakan
kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga
negara.
Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini
mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja adan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebegai guru.
Achmad Sanusi (1991) mengungkapkan
kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada kemampuan
kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Menurut D. T Amijaya (1984) kompetensi
kemasyarakan atau kompetensi sosial seorang guru, sudah barang tentu berkaitan
dengan kompetensi profesionalnya. Ia
terwujud dalam bentuk partisipasi sosial seoerang guru dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat di mana ia berada, baik secara formal maupun informal
Jenis-jenis kompetensi sosial yang
harus dimiliki guru adalah sebgai berikut, pertama teramapil berkomunikasi
dengan peserta didik dan orang tua peserta didik. Ada kisah yang memalukan yang
mencoreng dunia pendidkan, seorang guru di tinju oleh seorang paman Wali Murid
sampai pingsan (Singgalang, kamis, 7 Mei 2015). Setelah diselidiki kejadian
tersebut di sebabkan oleh salah komunikasi (miss
understanding).
Seorang guru harus termapil
berkomunikasi dan memilih kata yang tepat dalam menyampaikan setiap
permasalahan yang dihadapi. Keterampilan tersebut harus dipakai setiap berkomunikasi
baik dengan masyarakat apalagi dengan peserta didik. Karena apa yang
disampaikan oleh guru akan siserap oleh murid, dan murid cendrung membenarkan
apa yang di katakan oleh gurunya. Ketika guru mengucapkan kata-kata kotor,
keras dan bernada mencaci akan memengaruhi peserta didik. Anak didik akan meniru
dan mencotoh apa yang diucapka oleh guru.
Keterampilan berkomunikasi dengan
orang tua, baik melalui bahasa lisan maupun tertulis, sangat diperlukan agar
orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampikan oleh guru, dan
lebih dari itu agar guru dapat menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat dalam
menggunakan bahasa secara baik dab benar. Guru dalam hal ini menciptakan
suasana kehidupan sekolah sehingga
peserta didik senang berada dan belajar disekolah
Kedua bersikap simpatik. Mengingat peserta didik dan orangtuanya berasal
dari latar belakang pendidkan dan sosila ekonomi keluarga yang berbeda, guru di
tuntut untuk mampu mengahadapi secara individual dan ramah. Ia diharapkan mampu
menghayati perasaan peserta didik dan orang tua yang dihadapinya sehingga mampu
berhubungan dengan mereka secara luas. mereka selalu siap memberikan bantuan
kepada guru secara individual dengan kondisi sosial psikologis guru dan sesuai
pula dengan latar belakang sosila ekonomi dan pendiidkannya.
Ketiga, dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah. Guru
harus dapat menampilkankan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya
diterima masyarakat. Dengan cara demikian dia akan mampu bekerja sama dengan Dewan
Pendidikan/Komite Sekolah baik di dalam
maupun di luar kelas. Untuk itu guru harus memahami kaedah-kaedah psikologis
yang melandasi prlilaku manusia, teruatama berkaitan dengan hubungan
antarmanusia.
Sebagai iluistrasi, guru yang ada
disekolah harus mengetahui karakteristik lingkungan sosial budaya masyarakat
ditempat guru bekerja dan ditempat tinggalnya sehingga adaptasi yang dilakukan akan
lebih diterima oleh masyarakat. Apalagi berkaitan dengan program sekolah yang
secara tidak langsung memerlukan dukungan dari pihak orang tua dalam hal ini lembaga Dewan
Pendidikan/Komite Sekolah yang merupakan wakil orang tua peserta didik dam
masyarakat (stakeholder)
Keempat pandai bergaul dengan kawan sekerja dan
mitra pendidikan. Menjaga hubungan baik dengan sesama kawan sekerja adalah
hal yang mutlak. Sekolah merupakan sebuah organisasi. Sebuah organisasi akan
maju jika semua orang yang ada di dalamnya dapat menjalankan tugasnya dengan
baik (team work). Kebersamaan dan
kekompakan merupakan kunci suksenya sebuah organisasi, begitu juga sekolah.
Guru diharapkan dapat menjadi tempat
mengadu oleh sesama kawan sekerja dan orang tua peserta didik, dapat diajak
berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain atau orang tua
berkenaan dengan anaknya, baik di bidang akademis ataupun sosial.
Sebagai ilustrasi kehidupan disekolah
merupakan gambaran kehidupan di masyaraakat yang .penuh dinamika. Oleh karena
itu, guru-guru dan murid-murid yang ada di dalamnya memiliki sifat yang
berbeda, ada yang pendiam, pemalu, pemarah, penakut, agresif dan sebagainya.
Untuk itu guru-guru harus mampu menjalin hubungan yang harmonis di anatara
mereka sendiri dan tidak segan untuk saling berbagi pengalaman sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh dalam membina pendidkan di sekolah.
Apabila diantara sesama guru ada
masalah, maka harus diselesaikan dengan baik, jangan sampai terdengar sama anak
didik, karena akan dapat mempengaruhi sikap anak. Apabila anak mengetahui guru tidak harmonis,
dengan mudah anak bisa berkata, “ guru kita saja bertengkar, apalagi kita”.
Jadi hindari bertengkar di depan anak didik. Selesaikan masalah dengan baik. Guru
harus menjaadi contoh dan tauladan dalam menjaga hubungan sesama manusia.
Kelima memahami dunia sekitarnya (lingkungan). sekolah ada dan hidup dalam
suatu masyarakat. Masyarakat yang ada disekitar sekolah selalu memengaruhi
perkembangan pendidikan di sekolah, karena itu guru wajib mengenal dan mengahayati
dunia disekitar sekolah, minimal masyarakat Kelurahan/Desa dan Kecamatan dimana
sekolah dan guru berada. Dunia lingkungan sekolah mungkin dunia industri ,
dunia pertanian, dunia perkebunan, dunia perikanan dan lain-lain tentunya dunia
di lingkungan sekitar sekolah tersebut memiliki adat istiadat, kepercayaan,
tata cara, sikap dan tingkah laku masyarakatnya yang berbeda-beda.
Guru menyebarkan dan turut merumuskan
program-program pendidikan dan dengan masyarakat sekiratnya sehingga sekolah
tersebut berfungsi sebagai pusat
pembinaan dan pengembangan kebudayaan
ditempat itu. Guru berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai
unsur pembaruan bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya. Untuk lebih memahami
dunia sekitarnya, guru turut bersama masyarakat
dalam berbagai aktivitas dan mengusahakan terciptanya kerja sama yang
sebaik-baiknya antara sekolah, orang tua dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar
bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama anatarpemerintah, orang tua
peserta didik dan masayarakat.
Peran
yang dibawa guru dalam meayarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu,
perhatian yang diberikan masyarakat terhadap gurupun berbeda-beda dan ada
kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah
tempat tinggalnya.