Cari Blog Ini

Minggu, 20 Maret 2016

KOMPETENSI GURU

KOMPETENSI SOSIAL GURU
Oleh : Suyandi Saputra, S.Pd.SD
Guru SDN 14 Sungai Aur

Manusia merupakan makhluk sosial (zoon poplitician) menurut Aristoteles adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin hidup berkelompok. Pendapat senada menyatakan bahwa manusia adalah homo politicus.
Guru sebagai bagian dari masyarakat merupakan salah satu pribadi yang mendapatkan perhatian khusus di masyarakat.  Peranan dan segala tingkah lakunya yang dilakukan guru senantiasa dipantaun oleh masyrakat. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di tempat tinggal.
Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah misi kemanusiaan. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena  guru adalah penceramah Jaman (Langeveld 1955), lebih tajam lagi ditulis oleh Ir. Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa pembnagunan” menyebutkan pentuingnya Guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat. Oleh karena itu, tugas guru adalah pelayan manusia.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan nahwa kompetensi guru sebagaimana dimasksud pada pasal 8 meliputi komptensi pedagogik, kompetensi kepribadian, komppetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peseta didik, tenaga kependiidkan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi soaial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja adan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebegai guru.
Achmad Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada kemampuan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Menurut D. T Amijaya (1984) kompetensi kemasyarakan atau kompetensi sosial seorang guru, sudah barang tentu berkaitan dengan kompetensi  profesionalnya. Ia terwujud dalam bentuk partisipasi sosial seoerang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat di mana ia berada, baik secara formal maupun informal
Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah sebgai berikut, pertama teramapil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik. Ada kisah yang memalukan yang mencoreng dunia pendidkan, seorang guru di tinju oleh seorang paman Wali Murid sampai pingsan (Singgalang, kamis, 7 Mei 2015). Setelah diselidiki kejadian tersebut di sebabkan oleh salah komunikasi (miss understanding).
Seorang guru harus termapil berkomunikasi dan memilih kata yang tepat dalam menyampaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Keterampilan tersebut harus dipakai setiap berkomunikasi baik dengan masyarakat apalagi dengan peserta didik. Karena apa yang disampaikan oleh guru akan siserap oleh murid, dan murid cendrung membenarkan apa yang di katakan oleh gurunya. Ketika guru mengucapkan kata-kata kotor, keras dan bernada mencaci akan memengaruhi peserta didik. Anak didik akan meniru dan mencotoh apa yang diucapka oleh guru.
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua, baik melalui bahasa lisan maupun tertulis, sangat diperlukan agar orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampikan oleh guru, dan lebih dari itu agar guru dapat menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat dalam menggunakan bahasa secara baik dab benar. Guru dalam hal ini menciptakan suasana kehidupan  sekolah sehingga peserta didik senang berada dan belajar disekolah
Kedua bersikap simpatik. Mengingat peserta didik dan orangtuanya berasal dari latar belakang pendidkan dan sosila ekonomi keluarga yang berbeda, guru di tuntut untuk mampu mengahadapi secara individual dan ramah. Ia diharapkan mampu menghayati perasaan peserta didik dan orang tua yang dihadapinya sehingga mampu berhubungan dengan mereka secara luas. mereka selalu siap memberikan bantuan kepada guru secara individual dengan kondisi sosial psikologis guru dan sesuai pula dengan latar belakang sosila ekonomi dan pendiidkannya.
Ketiga, dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah. Guru harus dapat menampilkankan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya diterima masyarakat. Dengan cara demikian dia akan mampu bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah  baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu guru harus memahami kaedah-kaedah psikologis yang melandasi prlilaku manusia, teruatama berkaitan dengan hubungan antarmanusia.
Sebagai iluistrasi, guru yang ada disekolah harus mengetahui karakteristik lingkungan sosial budaya masyarakat ditempat guru bekerja dan ditempat tinggalnya sehingga adaptasi yang dilakukan akan lebih diterima oleh masyarakat. Apalagi berkaitan dengan program sekolah yang secara tidak langsung memerlukan dukungan dari pihak orang  tua dalam hal ini lembaga Dewan Pendidikan/Komite Sekolah yang merupakan wakil orang tua peserta didik dam masyarakat (stakeholder)
Keempat pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. Menjaga hubungan baik dengan sesama kawan sekerja adalah hal yang mutlak. Sekolah merupakan sebuah organisasi. Sebuah organisasi akan maju jika semua orang yang ada di dalamnya dapat menjalankan tugasnya dengan baik (team work). Kebersamaan dan kekompakan merupakan kunci suksenya sebuah organisasi, begitu juga sekolah.
Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama kawan sekerja dan orang tua peserta didik, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain atau orang tua berkenaan dengan anaknya, baik di bidang akademis ataupun sosial.
Sebagai ilustrasi kehidupan disekolah merupakan gambaran kehidupan di masyaraakat yang .penuh dinamika. Oleh karena itu, guru-guru dan murid-murid yang ada di dalamnya memiliki sifat yang berbeda, ada yang pendiam, pemalu, pemarah, penakut, agresif dan sebagainya. Untuk itu guru-guru harus mampu menjalin hubungan yang harmonis di anatara mereka sendiri dan tidak segan untuk saling berbagi pengalaman sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dalam membina pendidkan di sekolah.
Apabila diantara sesama guru ada masalah, maka harus diselesaikan dengan baik, jangan sampai terdengar sama anak didik, karena akan dapat mempengaruhi sikap anak.  Apabila anak mengetahui guru tidak harmonis, dengan mudah anak bisa berkata, “ guru kita saja bertengkar, apalagi kita”. Jadi hindari bertengkar di depan anak didik. Selesaikan masalah dengan baik. Guru harus menjaadi contoh dan tauladan dalam menjaga hubungan sesama manusia.
Kelima memahami dunia sekitarnya (lingkungan). sekolah ada dan hidup dalam suatu masyarakat. Masyarakat yang ada disekitar sekolah selalu memengaruhi perkembangan pendidikan di sekolah, karena itu guru wajib mengenal dan mengahayati dunia disekitar sekolah, minimal masyarakat Kelurahan/Desa dan Kecamatan dimana sekolah dan guru berada. Dunia lingkungan sekolah mungkin dunia industri , dunia pertanian, dunia perkebunan, dunia perikanan dan lain-lain tentunya dunia di lingkungan sekitar sekolah tersebut memiliki adat istiadat, kepercayaan, tata cara, sikap dan tingkah laku masyarakatnya yang berbeda-beda.
Guru menyebarkan dan turut merumuskan program-program pendidikan dan dengan masyarakat sekiratnya sehingga sekolah tersebut berfungsi  sebagai pusat pembinaan  dan pengembangan kebudayaan ditempat itu. Guru berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur pembaruan bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya. Untuk lebih memahami dunia sekitarnya,  guru turut bersama masyarakat dalam berbagai aktivitas dan mengusahakan terciptanya kerja sama yang sebaik-baiknya antara sekolah, orang tua dan masyarakat  bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama anatarpemerintah, orang tua peserta didik dan masayarakat.  
Peran yang dibawa guru dalam meayarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap gurupun berbeda-beda dan ada kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat tinggalnya.

AIR MATA KEMERDEKAAN

AIR MATA KEMERDEKAAN
Oleh : Suyandi Saputra, S.Pd.SD
Guru SDN 14 Sungai Aur

17 Agustus 2015 sudah 70 tahun kita merdeka. Ketika bendera dinaikkan dan lagu kebangngsaan di nyanyikan tersentak batin saya mendengarkannya dan tanpa di sadari air mata saya keluar menetas di pipi saya. Kawan di samping saya melirik saya sambil keheranan dan mungkin dalam hatinya dia ingin bertanya kenapa air mata saya keluar. Walaupun kalimat tersebut tidak ditanyakan langsung pada saya, tapi saya mungkin mengir dia bertanya ada apa dengan saya. Melauli tulisan ini saya mencoba menjawabnya. Setidaknya ada 2 alasan kenapa saya mengangis ketika nyanyi lagu indonesia dinyanyilan dan bendera merah putih di naikkan.
Pertama, saya teringat dengan perjuangan para pahlawan yang telah gugur di medan pertempuran. Mereka mengorbankan harta dan nyawa berperang merebut kemerdekaan. Penderitan dan kepedihan adalah makanannya sehari-hari. Diantara para pahlawan tersebut ada yang tidak di kenal yang kita sebut dengan pahlawan tak di kenal.
Mereka banyak jumlahnya tapi tidak diketahui oleh ahli sejarah. Dia luput dati pantauan ahli sejarah tapi dia ada dan mungkin pengorbanan  mereka lebih besar lagi dari pahlawan yang di kenal. Walaupun dia tak di kenal, mereka terus berjuang dengan ikhlas tanpa mengahrapakan pujian dan dan sanjungan dari orang lain. Hatinya terketuk dan terpanggil untuk berjuang demi kehidupan generasi di belakang mereka agar tidak merasakan penderitan diatas penderitaan yang ia rasakan. Perjuangan yang mereka lakukan demi harga diri dan martabat tanah kelahirannya.
Kedua, ketika mau mengikuti upacara banyak peserta upacara yang enggan berbaris karena cuaca sedikit panas. Saya menangis dan sedih karena generasi hari ini hanya berpanasan sedikit menunggu detik-detik proklamasi tidak tahan. Bagaimana jika di panggil untuk berjuang di medan pertempuran. Beberapa kali di panggil agar para peserta upacara memasuki dan berbaris di lapangan, masih banyak yang enggan karena panas sedikit. Banyak peserta upacara tidak masuk dalam barisan karena panas. Mereka duduk - duduk di bawah pohon. Sampai puncaknya ketika upacara di mulai masih banyak yang tidak ikut upcara.
Apa yang saya rasakan adalah keprihatinan pada generasi hari ini, melaksanakan upacara saja masih banyak yang tidak mengikuti dengan  penuh hati dan rasa panggilan jiwa dari dalam dirinya. Hari ini kita tidak berperang lagi tapi kita hanya mengisi kemerdekaan. Salah satu wujud cinta kita pada pahwalan yang telah gurgur adalah dengan melaksanakan upacara.
Kita bersyukur pada Allah bahwa kita sudah 70 tahun merdeka, semua itu atas berkat Rahmat Allah Yang maha Kuasa dan perjuangan para pahwan. Mari kita isi kemerdekana ini dengan penuh cinta pada negeri ini sesuai denga tugas dan fungsi kita masing-masing. Apa yang kita nikmati hari ini adalah buah dari perjuangan pahlawan kita di masa lalu. Apa yang kita kerjakan hari ini merupakan titipan untuk anak cucu kita di kemudian hari . Mari kita tinggalkan kenangan yang terindah buat generasi yang akan datang dengan meninggalkan negri yang adil, makmur dan sejahtera agar dia mereka tidak di jajah oleh bangsa lain di kemuadian hari. Penjajahan terbut bisa dengan penajahan ekonomi, sosial ataupun penjajahan budaya.
Menangislah kita hari ini dengan tangisan kesadaran jiwa melihat tingkah kita yang tidak mencerminkan cinta pada negeri, tangisan yang menunjukkan betapa kita sudah melupakan para pahlawan, tangisan sikap kita lebih mementingkan bang saku (uang di kantong ), hal tersebut terlihat dari banyaknya pejabat yang melakukan korupsi demi diri sendiri dari pada mementingkan Bangsaku dan tanah air ku. Tangisan betapa banyak diantara kita yang lebih menonjolkan sikap kedaerahan dari pada nasionalisme. Tangisan betapa kita lebih mencintai produk luar negeri dari pada produk dalam negeri. Tangisan betapa banyak diantara kita yang lebih menghormati pemimpin negeri lain dari pada menghormati pemimpin bangsa sendiri. Tangisan betapa banyak diantara kita lebih mengagungkan bangsa lain dari pada mengagungkan dan merasa banggga dengan bangsa sendiri. Tangisan betapa banyak diantara kita yang lebih mencintai budaya bangsa lain dari pada mencintai budaya kita sendiri.  
Setelah kita mengabis, kita coba menata lagi kelemahan – kelemahan kita selama ini agar dimasa yang akan datang tangisan tersebut berobah menjadi tangisan yang menyadarkan kita betapa besarnya perjuangan para pahwalan dan menimbulkan kesadaran bahwa semua kita bertanggung jawap untuk kemajuan bangsa ini. Inila air mata kemerdekaan yang kita harapkan, kita mencintai negeri ini dan kita wajib mengisinya dengan sepenuh hati.