AIR MATA KEMERDEKAAN
Oleh : Suyandi
Saputra, S.Pd.SD
Guru SDN 14 Sungai
Aur
17 Agustus
2015 sudah 70 tahun kita merdeka. Ketika bendera dinaikkan dan lagu
kebangngsaan di nyanyikan tersentak batin saya mendengarkannya dan tanpa di
sadari air mata saya keluar menetas di pipi saya. Kawan di samping saya melirik
saya sambil keheranan dan mungkin dalam hatinya dia ingin bertanya kenapa air
mata saya keluar. Walaupun kalimat tersebut tidak ditanyakan langsung pada
saya, tapi saya mungkin mengir dia bertanya ada apa dengan saya. Melauli
tulisan ini saya mencoba menjawabnya. Setidaknya ada 2 alasan kenapa saya
mengangis ketika nyanyi lagu indonesia dinyanyilan dan bendera merah putih di
naikkan.
Pertama, saya
teringat dengan perjuangan para pahlawan yang telah gugur di medan pertempuran.
Mereka mengorbankan harta dan nyawa berperang merebut kemerdekaan. Penderitan dan
kepedihan adalah makanannya sehari-hari. Diantara para pahlawan tersebut ada
yang tidak di kenal yang kita sebut dengan pahlawan tak di kenal.
Mereka banyak
jumlahnya tapi tidak diketahui oleh ahli sejarah. Dia luput dati pantauan ahli sejarah
tapi dia ada dan mungkin pengorbanan mereka
lebih besar lagi dari pahlawan yang di kenal. Walaupun dia tak di kenal, mereka
terus berjuang dengan ikhlas tanpa mengahrapakan pujian dan dan sanjungan dari
orang lain. Hatinya terketuk dan terpanggil untuk berjuang demi kehidupan
generasi di belakang mereka agar tidak merasakan penderitan diatas penderitaan
yang ia rasakan. Perjuangan yang mereka lakukan demi harga diri dan martabat
tanah kelahirannya.
Kedua, ketika
mau mengikuti upacara banyak peserta upacara yang enggan berbaris karena cuaca
sedikit panas. Saya menangis dan sedih karena generasi hari ini hanya berpanasan
sedikit menunggu detik-detik proklamasi tidak tahan. Bagaimana jika di panggil
untuk berjuang di medan pertempuran. Beberapa kali di panggil agar para peserta
upacara memasuki dan berbaris di lapangan, masih banyak yang enggan karena
panas sedikit. Banyak peserta upacara tidak masuk dalam barisan karena panas. Mereka
duduk - duduk di bawah pohon. Sampai puncaknya ketika upacara di mulai masih
banyak yang tidak ikut upcara.
Apa yang saya
rasakan adalah keprihatinan pada generasi hari ini, melaksanakan upacara saja
masih banyak yang tidak mengikuti dengan
penuh hati dan rasa panggilan jiwa dari dalam dirinya. Hari ini kita
tidak berperang lagi tapi kita hanya mengisi kemerdekaan. Salah satu wujud
cinta kita pada pahwalan yang telah gurgur adalah dengan melaksanakan upacara.
Kita bersyukur
pada Allah bahwa kita sudah 70 tahun merdeka, semua itu atas berkat Rahmat Allah
Yang maha Kuasa dan perjuangan para pahwan. Mari kita isi kemerdekana ini
dengan penuh cinta pada negeri ini sesuai denga tugas dan fungsi kita
masing-masing. Apa yang kita nikmati hari ini adalah buah dari perjuangan
pahlawan kita di masa lalu. Apa yang kita kerjakan hari ini merupakan titipan
untuk anak cucu kita di kemudian hari . Mari kita tinggalkan kenangan yang
terindah buat generasi yang akan datang dengan meninggalkan negri yang adil,
makmur dan sejahtera agar dia mereka tidak di jajah oleh bangsa lain di
kemuadian hari. Penjajahan terbut bisa dengan penajahan ekonomi, sosial ataupun
penjajahan budaya.
Menangislah
kita hari ini dengan tangisan kesadaran jiwa melihat tingkah kita yang tidak
mencerminkan cinta pada negeri, tangisan yang menunjukkan betapa kita sudah
melupakan para pahlawan, tangisan sikap kita lebih mementingkan bang saku (uang di kantong ), hal
tersebut terlihat dari banyaknya pejabat yang melakukan korupsi demi diri
sendiri dari pada mementingkan Bangsaku dan tanah air ku. Tangisan betapa
banyak diantara kita yang lebih menonjolkan sikap kedaerahan dari pada
nasionalisme. Tangisan betapa kita lebih mencintai produk luar negeri dari pada
produk dalam negeri. Tangisan betapa banyak diantara kita yang lebih
menghormati pemimpin negeri lain dari pada menghormati pemimpin bangsa sendiri.
Tangisan betapa banyak diantara kita lebih mengagungkan bangsa lain dari pada
mengagungkan dan merasa banggga dengan bangsa sendiri. Tangisan betapa banyak
diantara kita yang lebih mencintai budaya bangsa lain dari pada mencintai
budaya kita sendiri.
Setelah kita
mengabis, kita coba menata lagi kelemahan – kelemahan kita selama ini agar
dimasa yang akan datang tangisan tersebut berobah menjadi tangisan yang
menyadarkan kita betapa besarnya perjuangan para pahwalan dan menimbulkan
kesadaran bahwa semua kita bertanggung jawap untuk kemajuan bangsa ini. Inila
air mata kemerdekaan yang kita harapkan, kita mencintai negeri ini dan kita
wajib mengisinya dengan sepenuh hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar