Cari Blog Ini

Minggu, 20 Maret 2016

AIR MATA KEMERDEKAAN

AIR MATA KEMERDEKAAN
Oleh : Suyandi Saputra, S.Pd.SD
Guru SDN 14 Sungai Aur

17 Agustus 2015 sudah 70 tahun kita merdeka. Ketika bendera dinaikkan dan lagu kebangngsaan di nyanyikan tersentak batin saya mendengarkannya dan tanpa di sadari air mata saya keluar menetas di pipi saya. Kawan di samping saya melirik saya sambil keheranan dan mungkin dalam hatinya dia ingin bertanya kenapa air mata saya keluar. Walaupun kalimat tersebut tidak ditanyakan langsung pada saya, tapi saya mungkin mengir dia bertanya ada apa dengan saya. Melauli tulisan ini saya mencoba menjawabnya. Setidaknya ada 2 alasan kenapa saya mengangis ketika nyanyi lagu indonesia dinyanyilan dan bendera merah putih di naikkan.
Pertama, saya teringat dengan perjuangan para pahlawan yang telah gugur di medan pertempuran. Mereka mengorbankan harta dan nyawa berperang merebut kemerdekaan. Penderitan dan kepedihan adalah makanannya sehari-hari. Diantara para pahlawan tersebut ada yang tidak di kenal yang kita sebut dengan pahlawan tak di kenal.
Mereka banyak jumlahnya tapi tidak diketahui oleh ahli sejarah. Dia luput dati pantauan ahli sejarah tapi dia ada dan mungkin pengorbanan  mereka lebih besar lagi dari pahlawan yang di kenal. Walaupun dia tak di kenal, mereka terus berjuang dengan ikhlas tanpa mengahrapakan pujian dan dan sanjungan dari orang lain. Hatinya terketuk dan terpanggil untuk berjuang demi kehidupan generasi di belakang mereka agar tidak merasakan penderitan diatas penderitaan yang ia rasakan. Perjuangan yang mereka lakukan demi harga diri dan martabat tanah kelahirannya.
Kedua, ketika mau mengikuti upacara banyak peserta upacara yang enggan berbaris karena cuaca sedikit panas. Saya menangis dan sedih karena generasi hari ini hanya berpanasan sedikit menunggu detik-detik proklamasi tidak tahan. Bagaimana jika di panggil untuk berjuang di medan pertempuran. Beberapa kali di panggil agar para peserta upacara memasuki dan berbaris di lapangan, masih banyak yang enggan karena panas sedikit. Banyak peserta upacara tidak masuk dalam barisan karena panas. Mereka duduk - duduk di bawah pohon. Sampai puncaknya ketika upacara di mulai masih banyak yang tidak ikut upcara.
Apa yang saya rasakan adalah keprihatinan pada generasi hari ini, melaksanakan upacara saja masih banyak yang tidak mengikuti dengan  penuh hati dan rasa panggilan jiwa dari dalam dirinya. Hari ini kita tidak berperang lagi tapi kita hanya mengisi kemerdekaan. Salah satu wujud cinta kita pada pahwalan yang telah gurgur adalah dengan melaksanakan upacara.
Kita bersyukur pada Allah bahwa kita sudah 70 tahun merdeka, semua itu atas berkat Rahmat Allah Yang maha Kuasa dan perjuangan para pahwan. Mari kita isi kemerdekana ini dengan penuh cinta pada negeri ini sesuai denga tugas dan fungsi kita masing-masing. Apa yang kita nikmati hari ini adalah buah dari perjuangan pahlawan kita di masa lalu. Apa yang kita kerjakan hari ini merupakan titipan untuk anak cucu kita di kemudian hari . Mari kita tinggalkan kenangan yang terindah buat generasi yang akan datang dengan meninggalkan negri yang adil, makmur dan sejahtera agar dia mereka tidak di jajah oleh bangsa lain di kemuadian hari. Penjajahan terbut bisa dengan penajahan ekonomi, sosial ataupun penjajahan budaya.
Menangislah kita hari ini dengan tangisan kesadaran jiwa melihat tingkah kita yang tidak mencerminkan cinta pada negeri, tangisan yang menunjukkan betapa kita sudah melupakan para pahlawan, tangisan sikap kita lebih mementingkan bang saku (uang di kantong ), hal tersebut terlihat dari banyaknya pejabat yang melakukan korupsi demi diri sendiri dari pada mementingkan Bangsaku dan tanah air ku. Tangisan betapa banyak diantara kita yang lebih menonjolkan sikap kedaerahan dari pada nasionalisme. Tangisan betapa kita lebih mencintai produk luar negeri dari pada produk dalam negeri. Tangisan betapa banyak diantara kita yang lebih menghormati pemimpin negeri lain dari pada menghormati pemimpin bangsa sendiri. Tangisan betapa banyak diantara kita lebih mengagungkan bangsa lain dari pada mengagungkan dan merasa banggga dengan bangsa sendiri. Tangisan betapa banyak diantara kita yang lebih mencintai budaya bangsa lain dari pada mencintai budaya kita sendiri.  
Setelah kita mengabis, kita coba menata lagi kelemahan – kelemahan kita selama ini agar dimasa yang akan datang tangisan tersebut berobah menjadi tangisan yang menyadarkan kita betapa besarnya perjuangan para pahwalan dan menimbulkan kesadaran bahwa semua kita bertanggung jawap untuk kemajuan bangsa ini. Inila air mata kemerdekaan yang kita harapkan, kita mencintai negeri ini dan kita wajib mengisinya dengan sepenuh hati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar