Cari Blog Ini

Selasa, 09 Juni 2015

KOMPETENSI SOSIAL GURU
Oleh : Suyandi Saputra, S.Pd.SD
Guru SDN 14 Sungai Aur
 
Manusia merupakan makhluk sosial (zoon poplitician) menurut Aristoteles adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin hidup berkelompok. Pendapat senada menyatakan bahwa manusia adalah homo politicus.
Guru sebagai bagian dari masyarakat merupakan salah satu pribadi yang mendapatkan perhatian khusus di masyarakat.  Peranan dan segala tingkah lakunya yang dilakukan guru senantiasa dipantaun oleh masyrakat. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di tempat tinggal.
Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah misi kemanusiaan. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena  guru adalah penceramah Jaman (Langeveld 1955), lebih tajam lagi ditulis oleh Ir. Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa pembnagunan” menyebutkan pentuingnya Guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat. Oleh karena itu, tugas guru adalah pelayan manusia.
Kompetensi soaial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja adan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebegai guru.
Achmad Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada kemampuan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Menurut D. T Amijaya (1984) kompetensi kemasyarakan atau kompetensi sosial seorang guru, sudah barang tentu berkaitan dengan kompetensi  profesionalnya. Ia terwujud dalam bentuk partisipasi sosial seoerang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat di mana ia berada, baik secara formal maupun informal
Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah sebgai berikut, pertama teramapil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik. Ada kisah yang memalukan yang mencoreng dunia pendidkan, seorang guru di tinju oleh seorang paman Wali Murid sampai pingsan (Singgalang, kamis, 7 Mei 2015). Setelah diselidiki kejadian tersebut di sebabkan oleh salah komunikasi (miss understanding).
Seorang guru harus termapil berkomunikasi dan memilih kata yang tepat dalam menyampaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Keterampilan tersebut harus dipakai setiap berkomunikasi baik dengan masyarakat apalagi dengan peserta didik. Karena apa yang disampaikan oleh guru akan siserap oleh murid, dan murid cendrung membenarkan apa yang di katakan oleh gurunya. Ketika guru mengucapkan kata-kata kotor, keras dan bernada mencaci akan memengaruhi peserta didik. Anak didik akan meniru dan mencotoh apa yang diucapka oleh guru.
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua, baik melalui bahasa lisan maupun tertulis, sangat diperlukan agar orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampikan oleh guru, dan lebih dari itu agar guru dapat menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat dalam menggunakan bahasa secara baik dab benar. Guru dalam hal ini menciptakan suasana kehidupan  sekolah sehingga peserta didik senang berada dan belajar disekolah
Kedua bersikap simpatik. Mengingat peserta didik dan orangtuanya berasal dari latar belakang pendidkan dan sosila ekonomi keluarga yang berbeda, guru di tuntut untuk mampu mengahadapi secara individual dan ramah. Ia diharapkan mampu menghayati perasaan peserta didik dan orang tua yang dihadapinya sehingga mampu berhubungan dengan mereka secara luas. mereka selalu siap memberikan bantuan kepada guru secara individual dengan kondisi sosial psikologis guru dan sesuai pula dengan latar belakang sosila ekonomi dan pendiidkannya.
Ketiga, dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah. Guru harus dapat menampilkankan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya diterima masyarakat. Dengan cara demikian dia akan mampu bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah  baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu guru harus memahami kaedah-kaedah psikologis yang melandasi prlilaku manusia, teruatama berkaitan dengan hubungan antarmanusia.
Sebagai iluistrasi, guru yang ada disekolah harus mengetahui karakteristik lingkungan sosial budaya masyarakat ditempat guru bekerja dan ditempat tinggalnya sehingga adaptasi yang dilakukan akan lebih diterima oleh masyarakat. Apalagi berkaitan dengan program sekolah yang secara tidak langsung memerlukan dukungan dari pihak orang  tua dalam hal ini lembaga Dewan Pendidikan/Komite Sekolah yang merupakan wakil orang tua peserta didik dam masyarakat (stakeholder)
Keempat pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. Menjaga hubungan baik dengan sesama kawan sekerja adalah hal yang mutlak. Sekolah merupakan sebuah organisasi. Sebuah organisasi akan maju jika semua orang yang ada di dalamnya dapat menjalankan tugasnya dengan baik (team work). Kebersamaan dan kekompakan merupakan kunci suksenya sebuah organisasi, begitu juga sekolah.
Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama kawan sekerja dan orang tua peserta didik, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain atau orang tua berkenaan dengan anaknya, baik di bidang akademis ataupun sosial.
Sebagai ilustrasi kehidupan disekolah merupakan gambaran kehidupan di masyaraakat yang penuh dinamika. Oleh karena itu, guru-guru dan murid-murid yang ada di dalamnya memiliki sifat yang berbeda, ada yang pendiam, pemalu, pemarah, penakut, agresif dan sebagainya. Untuk itu guru-guru harus mampu menjalin hubungan yang harmonis di anatara mereka sendiri dan tidak segan untuk saling berbagi pengalaman sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dalam membina pendidkan di sekolah.
Apabila diantara sesama guru ada masalah, maka harus diselesaikan dengan baik, jangan sampai terdengar sama anak didik, karena akan dapat mempengaruhi sikap anak.  Apabila anak mengetahui guru tidak harmonis, dengan mudah anak bisa berkata, “ guru kita saja bertengkar, apalagi kita”. Jadi hindari bertengkar di depan anak didik. Selesaikan masalah dengan baik. Guru harus menjaadi contoh dan tauladan dalam menjaga hubungan sesama manusia.
Kelima memahami dunia sekitarnya (lingkungan). sekolah ada dan hidup dalam suatu masyarakat. Masyarakat yang ada disekitar sekolah selalu memengaruhi perkembangan pendidikan di sekolah, karena itu guru wajib mengenal dan mengahayati dunia disekitar sekolah, minimal masyarakat Kelurahan/Desa dan Kecamatan dimana sekolah dan guru berada. Dunia lingkungan sekolah mungkin dunia industri , dunia pertanian, dunia perkebunan, dunia perikanan dan lain-lain tentunya dunia di lingkungan sekitar sekolah tersebut memiliki adat istiadat, kepercayaan, tata cara, sikap dan tingkah laku masyarakatnya yang berbeda-beda.
Guru menyebarkan dan turut merumuskan program-program pendidikan dan dengan masyarakat sekiratnya sehingga sekolah tersebut berfungsi  sebagai pusat pembinaan  dan pengembangan kebudayaan ditempat itu. Guru berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur pembaruan bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya. Untuk lebih memahami dunia sekitarnya,  guru turut bersama masyarakat dalam berbagai aktivitas dan mengusahakan terciptanya kerja sama yang sebaik-baiknya antara sekolah, orang tua dan masyarakat  bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama anatarpemerintah, orang tua peserta didik dan masayarakat.  
Peran yang dibawa guru dalam meayarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap gurupun berbeda-beda dan ada kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat tinggalnya.