Cari Blog Ini

Jumat, 03 Mei 2019

4 Cara Mudah Mengajarkan Tanggung Jawab pada Anak

Sejak dini, anak harus diajarkan tanggung jawab supaya perkembangannya bisa lebih optimal. Untuk memupuk rasa tanggung jawab dapat dilakukan secara bertahap dan melalui cara yang tepat dan sederhana.
Orangtua bisa mencoba mengenalkan konsep bertanggung jawab pada si Kecil melalui kegiatan membantu merapikan rumah. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan agar proses belajarnya lebih efektif, seperti yang dilansir dari laman ibudanbalita.com.
  1. Mulai dari yang Sederhana
Mulailah mengajarkan anak untuk bertanggung jawab lewat hal-hal sederhana. Anda bisa mulai membuatnya untuk lebih peduli dengan benda-benda miliknya sendiri. Contohnya, merapikan kasurnya sendiri, meletakkan piring bekas makan ke wastafel cuci piring, dan membereskan kembali mainan yang ia gunakan setiap selesai bermain. Supaya si Kecil tak merasa terbebani, buatlah ia merasa terbiasa melakukan tugas-tugas tadi satu per satu, secara bertahap. Misalnya, jadikan satu tugas merapikan mainan menjadi rutin, baru kemudian beri ia tanggung jawab lain.
  1. Jelaskan Alasannya
Di usia balita, si Kecil memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal. Inilah sebabnya ia jadi sering bertanya, termasuk saat diminta membantu merapikan rumah. Manfaatkan hal ini untuk memberinya penjelasan sederhana tentang pentingnya tanggung jawab. Misalnya dengan berkata, “Kalau Adik rajin membersihkan tempat tidur, Adik bisa tidur lebih lelap saat malam, karena kasur yang bersih membuat Adik nggak gatal-gatal saat tidur.”
  1. Ingatkan Anak untuk Melakukan Tugasnya.
 Begitu si Kecil mengetahui alasan di balik tugas-tugas yang harus dilakukannya, mulailah konsisten mengingatkan ia untuk memasukkan kembali mainan ke box setiap selesai bermain, atau membawa piring ke wastafel setiap selesai makan. Di tahap-tahap awal, Ibu memang harus mengingatkan anak pada tugas-tugasnya lebih sering. Namun, seiring berjalannya waktu, ia pun akan mulai terbiasa melakukan tugas-tugasnya, sehingga Ibu tak harus mengingatkannya lagi.
  1. Berikan Apresiasi Setelah anak selesai menjalankan tanggung jawabnya, beri ia apresiasi.
Penghargaan ini tidak melulu harus dalam bentuk barang baru atau mahal. Ibu juga bisa menunjukkan apresiasi lewat pujian atau ucapan terima kasih. Sederhana memang, tapi hal ini bisa membuat anak merasa dihargai dan dicintai. Saat anak sudah bisa konsisten melakukan tugas-tugas sederhananya tanpa Anda ingatkan, berikan ia apresiasi tambahan, misalnya dengan membelikannya es krim kesukaannya. Dengan begini, semoga ia jadi lebih paham bahwa melakukan kewajiban tanpa harus diingatkan itu baik sekali.

Rabu, 01 Mei 2019


PROFIL GURU ZAMAN NOW
Guru adalah pemberi obor dalam kegelapan. Permasalahan yang dihadapi setipa masa berbeda-beda. Masalah yang dihadapi oleh guru sekrang ketika mereka kecil dahulu tidadklah sama dengan masalah yang dihadapi anak-anak zaman sekrarang atau lebih dikenal dengan anak zaman now. Guru sekeang merupakan kelahiran 60 an. Sementara murid yang dihadapinya sekarng kelahiran 2000 an. Sekitar 65 persen murid pendidikan dasar yang ada sekarang merupakan generasi milenial yang bakal dihadapkan pada jenis-jenis pekerjaan baru yang asing. Karena itu, dibutuhkan guru-guru berwawasan baru untuk menciptakan peserta didik yang siap menghadapi dunia kerja masa depan.
Total jumlah guru sekitar 2,9 juta. Yang pensiun sekitar 70 ribu-80 ribu. Produksi guru dari universitas tidak banyak yang punya kualifikasi bagus. Jadi, muridnya abad ke-21, gurunya masih abad ke-20. Guru abad ke-21 harus mempunyai sejumlah karakteristik yang tepat untuk mengajar siswa milenial.
Karakteristik tersebut antara lain menjadikan siswa sebagai produser, belajar teknologi baru, berwawasan global, siap dengan era digital, berkolaborasi, pembelajaran berbasis proyek, dan terus berinovasi, mengingat karakteristik siswa di zaman milenial sangat  aware teknologi, warga global, otentik, liberal, progresif, percaya diri, dan berorientasi tim.
Generasi milenial merupakan generasi yang dilahirkan pada kisaran tahun 1980-2000, generasi masa kini yang berusia 15-34 tahun. Esensinya, generasi millenial hidup di era digital dan memanfaatkan media teknologi informasi dalam kehidupannya. Generasi millenial menghabiskan 6,5 jam setiap hari untuk membaca media cetak, elektronik, digital, broadcast dan berita. Mereka mendengarkan dan merekam musik; melihat, membuat, dan mempublikasikan konten Internet serta tidak ketinggalan menggunakan smartphone.
Suka Memegang Kendali
Selain itu, karakter generasi pada era kekinian ini memiliki berbagai macam diantaranya; mereka suka memegang kendali, tidak mau terikat dengan jadwal tambahan, dan mereka tidak terlalu suka duduk di ruang kelas untuk belajar atau di kantor untuk bekerja. Sebaliknya, mereka lebih suka menggunakan teknologi untuk belajar kapan saja, siang, atau malam, melakukan telekomunikasi dari mana saja dan mendefinisikan keseimbangan dengan cara masing-masing. Kemudian tidak menyukai komunikasi satu arah, kurang menyukai bacaan konvensional seperti buku, serta lebih tahu dan mahir teknologi dibanding orang tua termasuk gurunya. Oleh karena itu, guru perlu memahami model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman, yaitu berpikir kritis, kolaborasi, keterampilan komunikasi, dan literasi, untuk mendidik peserta didikanya.
Sehingga menjadi suatu keharusan bagi guru untuk memahami karakter generasi digital. Hal ini sangat penting agar guru mampu memposisikan diri sebagi pendidik yang dipandang ideal di mata peserta didik millenial. Profil guru yang mendapatkan kepercayaan untuk memberikan taktik dan strategi pembelajaran yang berdaya guna. Layaknya seorang pelatih sepak bola yang dipercaya secara penuh oleh anak asuhnya meracik formasi pemain kemudian menentukan pola permainan yang tepat sesuai karakter kesebelasannya agar mampu meraih kemenangan di akhir pertandingan
Profil guru zaman now harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman untuk menjaga marwah kedaulatan seorang guru. Profil guru era millenial yang dimaksud adalah:
  1. Melek digital.
Hadirnya guru di dalam kelas bersama laptop akan memberi angin segar bagi siswa. Bukan tanpa alasan, karena umumnya ada pembelajaran menarik yang akan disajikan oleh sang guru, semisal media power point dan video. Urgensinya adalah guru harus memiliki kemampuan menggunakan alat-alat digital, dan kecakapan prilaku dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi. Kemampuan mengoperasikan komputer menjadi keharusan, justifikasinya adalah memudahkan guru dalam menjalankan tugas dan fungsi profesinya, semisal penyusunan RPP dan pengolahan nilai. Keterampilan digital lainnya adalah menjelajahi dunia maya dan akses surat elektronik. Adapun fakta di lapangan masih banyak guru yang belum melek digital menjadi PR besar untuk ditingkatkan kapasitasnya.
  1. Memanfaatkan media sosial sebagai sumber belajar dan komunikasi pembelajaran.
Misalnya media sosial, jangan sampai kita disebut guru “cupu” dikarenakan tidak memiliki medsos. Tujuannya untuk menjalin gaya komunikasi yang efektif terkait pembelajaran atau konseling di luar dunia nyata.
  1. Menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna (Joyful And Meaningful).
Siswa generasi now tidak layak disuguhi metode ceramah. Paradigma pembelajaran masa kini harus memberikan keleluasaan siswa berperan aktif. Intinya harus memenuhi unsur berfikir yaitu melakukan atau mengamati, interaksi , komunikasi ke segala arah dan refleksi.
  1. Guru harus menjadi Role Model.
Generasi digital identik pula dengan pandangan rasional, apa yang dilihat, didengar, dirasa akan melahirkan persepsi. Membentuk persepsi yang baik sangat penting ditunjukkan melalui keteladanan. Namun bahayanya ketika ada kesenjangan antara ucapan dan perbuatan maka akan melunturkan loyalitas pembelajaran sang anak.
  1. Guru sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Guru harus terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan teknik mengajarnya. Memaksimalkan gawai pintar untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya agar tidak kalah tahu dibandingkan anak didiknya dan men-download aplikasi keperluan guru. Pada muaranya, profil guru yang memiliki kapasitas mumpuni diharapkan mampu menghadapi tantangan generasi milenial sehingga melahirkan generasi yang cerdas berkarakter.